Ketika
kita mencoba mengirimkan tulisan ke media cetak tentu kita harus mengetahui
tetang medianya. Hal ini berkaitan dengan selera, pilihan dan topik yang biasa
diterbitkan dalam media tersebut. Seperti halnya sebuah media yang pro pada
kelompok, partai atau faham tertentu, tentu kita tidak bisa mengirimkan sebuah
tulisan (opini misalnya) yang bertentangan dengan media tersebut. Oleh akrena
itu, setidaknya kita mengetahui beberapa hal penting tetang selera media dan
tema yang akan kita kirimkan.
Berikut adalah sebuah tips agar tulisan kita dimuat di
media cetak :
Penulisan
artikel bisa berdasarkan gagasan murni dari si penulis, bisa juga sebagian
isinya mengambil dari sumber lain. Misalnya referensi kepustakaan, gagasan
orang lain, renungan tokoh masyarakat dan sebagainya. Penulisan artikel tidak
terikat dengan waktu, tidak terikat bentuk berita, gaya bahasa, dan teknik
penulisan jurnalistik lainnya. Tetapi agar artikel ini dibaca oleh publik,
penulisnya harus memperhitungkan aktualitas, gaya penulisan serta panjang
pendek artikel.
Di samping
itu hal-hal mendasar berikut perlu diperhatikan:
1. Tata
bahasa tulisan isi artikel harus memiliki standar dasar sastrawi. Maksudnya,
gaya bahasa sesuai dengan panduan bahasa Indonesia yang benar. Baik dalam segi
ejaan, tanda baca, pemakaian huruf besar kecil, maupun dalam susunan kata-kata.
2.
Mengetahui etika penulisan artikel. Yaitu, tulisan harus orisinal. Bukan
plagiat atau jiplakan. Serta mengandung unsur baru.
3. Topik
opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar
dari peristiwa yang baru saja terjadi atau sebagai refleksi dari hari besar
nasional dan internasional.
Berapa
Panjang Tulisan Artikel Opini untuk dikirim ke koran?
Setiap media
memiliki kebijakan tersendiri tentang panjang maksimal dari sebuah artikel
opini. Kompas, misalnya, mensyaratkan tidak lebih dari 1000 kata. Sedang Jawa
Pos sekitar 700 sampai 850 kata. Intinya, panjang tulisan berkisar antara 700
sampai dengan 1200 kata. Untuk mengetahui secara persis panjang tulisan artikel
opini di media tertentu, copy sebuah artikel di media tersebut ke MS Word akan
tampak di halaman bawah berapa jumlah kata dalam artikel tersebut.
Saya merasa
tidak pede mengirim tulisan ke koran.
Hilangkan
rasa minder. Toh, kita dan redaksi koran tersebut tidak saling kenal. Begitu
tulisan selesai, langsung saja kirim ke koran yang dituju.
Selanjutnya,
dalam mengirimkan email juga memiliki aturan (meski bukan sebuah ketetapan)
yang harus diperhatikan. hal ini bertujuan agar kita sebagai pengirim
mendapatkan penilaian yang profesional, sehingga media merasa senang dengan
pengirimkan naskah yang kita kirim tersebut.
Cara
termudah adalah dengan mengirim via email. Sebagai penulis artikel opini, Anda
harus memiliki daftar lengkap email media cetak seluruh Indonesia.
a. Kirim
melalui email dengan attachment (sisipan) dalam format MS Word atau rtf. Jangan
ditulis di badan email.
b. Di subjek
email kasih judul: Artikel Opini (judul artikel tulis di sini)
Lalu jangan
berputus asa jika artikel yang kita kirim tesebut tidak/belum dibuat. Karena
biasanya mungkin terlalu banyak kiriman naskah atau mungkin juga momentnya
tidak tepa yang menyebabkan tulisan kita tidak dimuat. Jadi bukan berarti
tulisan kita itu sepenuhnya tidak layak muat di media cetak.
Silahkan
kirim ke koran lain kalau memang Anda yakin tidak dimuat di koran pertama yang
dikirimi artikel tersebut. Biasanya kalau 1 minggu tidak dimuat, dapat
dipastikan tulisan Anda ditolak di koran tersebut.
Tapi, untuk
menjaga reputasi, ada baiknya kiriman kedua dikirim ke koran yang bersegmen
lokal. Jangan sama-sama nasional. Umpama ditolak di Kompas, kirim juga ke Serambi Indonesia atau Prohaba. Hehe..
saya punya foto tulisan aneh dikaki anak saya....bagaimana cara nya buat kirim ke serambi indonesia
BalasHapusmaaf blog ini sudah lama ngk update lupa password..
BalasHapusemail aja ke serambi indonesia