Jika diamati sekilas, ada sejumlah hal yang overlap dari ketiganya, namun jika dicermati dengan lebih teliti akan kita dapati perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar.
Baik
Komando Pasukan
Katak (Kopaska)
dan Batalyon Intai
Amfibi (YonTaifib)
dibentuk semasa era kampanye Trikora di awal dasawarsa 1960-an.
Kopaska
merupakan satuan langsung di bawah TNI-AL yang terinspirasi dari UDT
(Underwater Demolition Team) AL-AS semasa perang dunia 2. Kopaska yang diduga
berkekuatan antara 300–600 personil terbagi dalam tiga unit yang disebar ke
masing-masing Komando Armada (Satkopaska Koarmada 1-3). Tugas utama mereka
adalah infiltrasi bawah laut guna melakukan sabotase dan penghancuran berbagai
fasilitas dan kekuatan musuh.
YonTaifib terdiri dari dua
batalyon (YonTaifib 1 dan 2) dengan kisaran jumlah personil antara 600–800
orang dalam Korps Marinir TNI-AL. Mereka lebih ditujukan sebagai pasukan intai (reconnaissance)
dan merupakan pasukan yang dikerahkan lewat pendaratan amfibi guna memetakan
kekuatan lawan. Di samping itu, mereka juga berperan penting untuk mensurvei
dan mengamankan lokasi pendaratan Marinir sebelum operasi pendaratan dilakukan.
Detasemen Jala Mangkara (Denjaka)
adalah satuan yang 'baru' dibentuk di tahun 1984 dan merupakan gabungan personil-personil
terpilih dari Kopaska dan YonTaifib. Pasukan dengan jumlah personil yang
benar-benar dirahasiakan ini mempunyai spesialisasi dalam misi-misi
anti-terorisme, anti-sabotase, anti bajak laut serta berbagai misi klandestin
lainnya.
Singkatnya,
penjelasan di atas adalah aspek-aspek khusus atau spesialisasi dari ketiga unit
pasukan elit di dalam TNI-AL.
Lantas
apa saja kesamaan diantara mereka yang membuat saya menuliskan kata overlap dalam
pembuka tulisan ini?
· Personil-personil
Kopaska, YonTaifib dan Denjaka sama-sama memiliki kemampuan dasar infiltrasi
bawah laut yang setara satu sama lainnya.
· Ketiganya
adalah unit-unit pasukan dengan kemampuan para komando. Artinya, para
anggotanya memiliki kemampuan penerjunan lewat udara.
· ketiganya
juga memiliki kemampuan dalam misi-misi anti-terorisme, pengintaian, operasi
klandestin dan lain-lain. Disini saya berasumsi bahwa meskipun demikian,
standar kesiapan dan kemampuan ketiganya bisa jadi berbeda-beda.
Komentar
Posting Komentar